KHULAFAUR RASYIDIN

PENEGAK ISLAM PASCA RASULULLAH  WAFAT 

 

Sejarah islam

 

 

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu

Didalam masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, yang dikenal dengan Khulafaur Rasyidin, adalah merupakan masa pemerintahan yang bisa dianggap menjadi sebuah representatif the real Islam dan Islam ideal yang dilahirkan di muka bumi ini setelah  meninggalnya Rasulullah saw. Pada masa merekalah Islam benar-benar menemukan para pelaku sejati.

Keempat khalifah tersebut telah mampu mewujudkan ideal-ideal Islam berupa keadilan, nilai-nilai kesetaraan dan musyawarah. Mereka adalah orang-orang yang pantas dijadikan suri teladan bagi siapa saja yang menginginkan suatu pemerintahan yang mendasarkan pada petunjuk Allah SWT.

Abu Bakar

Melambangkan sosok pemimpin yang lembut dan tegas dalam menghadapi masalah-masalah sulit dan genting. Keberhasilannya meyakinkan para sahabat untuk menyerang orang murtad yang tidak mau membayar zakat menjadi sebuah kebijakan legendaris karena pada saat itu banyak sahabat yang tidak setuju Abu Bakar menyerang orang-orang murtad tadi.

Andai kata bukan karena tindakan bijak dan tegas Abu Bakar, mungkin saja ajaran kewajiban membayar zakat sudah menjadi dongeng. Abu bakar pulalah yang telah berhasil mengumpulkan al Quran sehingga memudahkan Utsman menyatukannya dalam satu mushaf yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Utsmani.

Umar

Merepresentasikan penguasa yang menjunjung tinggi kesederhanaan hidup, kecepatan bertindak dan tidak pandang bulu terhadap siapa saja yang melakukan kesalahan serta sikapnya yang terbuka. Umarlah yang memakai pakaian bertambal. Dia pula yang melakukan inspeksi ke rumah-rumah penduduk di malam hari untuk mengetahui kondisi riil denyut dan jerit suara rakyatnya. Dialah yang dengan tegas mengatakan “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan di antara rakyat Umar ada orang yang berani mengatakan akan memotong kepala Umar dengan pedangnya”, saat dia meminta kepada rakyatnya untuk mau mengoreksinya.

Umarlah yang dengan tenang tidur di bawah pohon kurma hingga orang yang datang tidak mengenalinya sebagai seorang khalifah. Dia telah berhasil membumikan kezuhudan ajaran yang ada dalam Al Quran dan pribadi Nabi pindah terpancar pada dirinya. Di masa pemerintahannya, penegakkan hukum dan keadilan menjadi terlihat nyata. Dia memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang menganut prinsip pemimpin suatu bangsa adalah pelayan bangsa itu. Dia menjadi abdi rakyat dan bukan abdi kekuasaan. Dia mengabdi kepada kepentingan umat dan bukan kepada kepentingan pribadi. Pada pribadi Umarlah nilai-nilai Islam mencuat laksana mercu suar.

Utsman

Walaupun tak secemerlang Umar, beliau telah memberikan andil besar dalam penegakkan hukum Islam. Di masa pemerintahanyalah banyak wilayah yang dengan sukarela masuk Islam. Afika yang alot bisa dibuka dengan mudah di masa pemerintahannya, andaikata tidak ada pengkhianatan “orang dalam” terhadap khalifah kaum muslimin yang kaya dan dermawan ini, mungkin jarum sejarah umat Islam akan berbicara lain. Namun, takdir Allah menghendaki lain, roda sejarah dia gelindingkan sesuai kehendak-Nya yang mutlak sehingga pada masa pemerintahan Utsman itulah timbul fitnah besar yang membuat kaum muslimin menghunus senjata dan membunuh khalifahnya sendiri. Terbunuhnya Utsman merupakan tragedi “pembuka” bagi tragedi-tragedi yang akan terjadi setelah itu. Kemurnian cakrawala kaum muslim mulai dikotori oleh intrik jahat dari orang-orang yang tidak ikhlas menjalani Islam.

Utsman bin Affan sosok khalifah penghafal Al Quran ini telah berhasil membuat sejarah dalam penyatuan Al Quran yang disebut Mushaf Utsmani. Satu tindakan yang sangat jenius dan antisipatif dalam usaha mengikis perbedaan bacaan Al Quran yang ada di kalangan kaum muslimin. Berkat jasa Utsman bin Affanlah kini kita bisa menikmati kesamaan bacaan Al Quran di seantero dunia.

Ali

Dibayangi oleh kemelut kematian Utsman yang terus berlanjut hingga dia berkuasa, memiliki otak cemerlang, lidah yang fasih keberanian yang tiada banding, harus menghadapi pahit getirnya roda kehidupan politik pasca terbunuhnya Utsman bin Affan. Di samping Muawiyah yang tidak mau membaiat dirinya secara penuh, ada juga beberapa sahabat yang tidak sepenuhnya menerima kehadirannya sebagai khalifah. Ini semua muncul karena kabut tebal pembunuhan Utsman tidak segera dicerahkan oleh khalifah keempat kaum muslimin. Muawiyah, gubernur Syam, bahkan melakukan pemberontakan dan menobatkan dirinya sebagai khalifah setelah terjadinya peristiwa tahkim yang “memojokkan” Ali pasca Perang Shiffin.

Pertempuran antara Ali dan Muawiyah juga merupakan “kecelakaan” sejarah yang seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kaum muslimin. Ali yang sah sebagai khalifah, tidak terlalu banyak melakukan pembukaan negeri-negeri karena ia disibukkan oleh masalah internal dalam negerinya yang terus membengkak. Bahkan, yang sangat mengenaskan adalah, para pengikut Ali bukanlah sosok manusia yang terus berdiri sebagai pembantu Ali yang senantiasa siap berjuang bersamanya, diantara mereka ada yang menjadi pembangkang nomor wahid dan menjadikan Ali sebagai target pembunuhan. Mereka adalah kalangan Khawarij yang mengatakan bahwa Ali, Amr bin Ash dan Muawiyah adalah manusia-manusia jahat yang harus dihabisi. Akhirnya, sepupu dan menantu Rasulullah itu pun dibunuh oleh Abdur Rahman bin Mujam, salah seorang Khawarij.

Wallohu ‘alam bisshawab

(b3com)

Sumber :Imam As-Suyutri.Tarikh Khulafa. 2003

Pos ini dipublikasikan di Artikel dan tag . Tandai permalink.

Satu Balasan ke KHULAFAUR RASYIDIN

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.